“Mereka seperti sangat memahami perasaanku, aku beruntung mengidolakan mereka”
Banyak orang yang kita temui atau diri kita sendiri pasti memiliki idola yang dikagumi, baik dari kalangan aktris, aktor, penyanyi, penulis, selebgram atau youtuber. Menyukai, menggemari, atau mengidolakan seseorang memang tidak ada salahnya. Entah berawal dari melihat visualnya, style, kepribadian atau karyanya menjadi latar belakang yang membuat kita tertarik dan akhirnya mengidolakannya. Pernahkan terpikirkan dalam benak kita untuk menjadi seseorang yang sangat dekat dengan mereka (idola)? Tentu, barangsekali atau dua kali kita pernah berpikir demikian atau berkhayal memiliki kedekatan dengan mereka. Kalau Bahasa anak zaman sekarang sih, ngehalu katanya.
Apalagi teknologi yang semakin canggih tentu sangat berperan dalam penyebaran informasi yang semakin pesat, tidak berbatas pada jarak, ruang dan waktu. Setiap orang dapat dengan mudah mengakses apa yang ingin dicari dari berbagai portal media dan berinteraksi dengan siapa saja diberbagai belahan dunia. Melalui media-media tersebut para penggemar juga seolah merasa berinteraksi dengan idolanya secara nyata. Seperti melalui konten video, wawancara di televisi atau majalah menjadi sumber informasi penggemar dalam mengetahui aktivitas idolanya, sehingga akan menimbulkan perasaan semakin dekat penggemar pada idolanya ketika ia semakin mengetahui tentang kehidupan idolanya.
Dari sumber-sumber ini seolah memiliki fungsi yang sama dengan pengungkapan diri dalam suatu hubungan yang nyata (Dinda, 2000). Membuat penggemar seolah-olah tahu lebih banyak tentang idolanya dan merasa adanya kedekatan emosi dengan mereka. Seorang penggemar bisa saja tertawa begitu keras ketika menoton video lelucon idolanya di televisi atau media lainnya. Atau bisa menangis dengan tersedu-sedu ketika ada hal buruk yang menimpa idolanya. perasaan emosi yang dirasakan penggemar memang nyata adanya. Hal ini dapat terjadi karena interaksi yang terjalin melalui sosial media ini dapat dikatakan sebagai hubungan virtual, yang apabila di intimasikan dengan hubungan personal akan membentuk interaksi parasosial penggemar dengan idolanya.
Apa itu interaksi parasosial?
Interaksi parasosial pertama kali dicetuskan oleh Horton dan Wohl pada tahun 1956 yang mendefinisikan interaksi parasosial sebagai hubungan antara tokoh media (selebriti, artis, atau idola) dengan pemirsa, serta merupakan pengalaman ilusi pemirsa yang merasa terlibat dalam interaksi mereka (Horton dan Wohl, 1956). Dalam interaksi ini hubungan yang terjalin hanya terbentuk dari salah satu pihak, yakni penggemar yang mengetahui segalanya mengenai idolanya. Namun, belum tentu idolanya mengetahui tentang dirinya.
Menurut Hoffner (2002) ada beberapa jenis interaksi sosial antara penggemar dan tokoh TV atau idol yaitu, sebagai berikut :
Sense of companionship, yaitu kondisi di mana interaksi parasosial yang terbentuk dapat secara emosional memberikan adanya kesan pertemanan dan perasaan puas akan kebutuhannya dalam interaksi sosial dengan idolanya.
Pseudo- friendship, merupakan perasaan semu yang dirasakan penggemar terhadap idolanya, seolah-olah bersahabat dan berhubungan langsung dengan mereka.
Panutan dalam tingkah laku, dalam hal ini seorang individu yang menggemari seorang tokoh atau disebut idolanya akan menjadikan mereka role model atau acuan dalam bertingkah laku yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari individu, apakah kea rah positif atau negative, tergantung pada kepribadian figure yang digemari.
Penonton patologis, merupakan tindakan atau perilaku yang berlebih oleh penggemar yang menimbulkan gejala patologis, yangmana ia sampai melakukan apapun yang dilakukan oleh idolanya, sampai pada tindakan perilaku yang ekstrem (Giles, 2002).
Identitas personal, yaitu penggemar mengidentifikasi situasi dan tingkah laku figure favoritnya yang ditemukan melalui media sosial untuk diikuti atau diterapkan dalam kesehariaannya.
Mengapa hal ini dapat terjadi?
Interaksi parasosial dapat terbentuk antara pemirsa dan tokoh media, karena adanya ketertarikan sosial yang dibentuk oleh pemirsa kepada tokoh media. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian R.B Rubin dan McHugh (1987) yang mengungkapkan bahwa adanya ketertarikan sosial merupakan faktor motivasi yang penting dalam mengembangkan interaksi parasosial dengan tokoh media yang disukai. Yangmana ketertarikan dibentuk dari kesan awal pemirsa pada tokoh media yang diamati melalui penampilan fisik, perilaku dan reaksi emosinya. Interaksi yang secara intens terjadi akan membentuk hubungan parasosial penggemar dan idolanya. Hal ini dapat terjadi karena penggemar merasa terhubung dengan idolanya melalui berbagai media seperti televisi, radio, buku, Instagram, Twitter, Facebook, atau saluran youtube. Penampilan yang ditampilkan oleh idolanya akan memicu perasaan afektif penggemar yang memberikan kebahagiaan tersendiri bagi dirinya dan merasa kesenangan tersebut tidak bisa didapatkan di dunia nyata.
interaksi parasosial yang terbentuk antara penggemar dan idola tentu adalah interaksi yang normal apabila masih dalam batasan wajar dan dapat disikapi dengan bijak dan positif oleh penggemar. Sosok idola yang disukai dapat menjadi motivasi bagi dirinya, dapat mengurangi rasa kesepian, dan meniru hal-hal positif dari idolanya. Namun, tentunya ketika seoarang penggemar sudah sangat merasa ketergantungan dengan idolanya dapat menimbulkan sifat fanatisme dan obsesi.
Oleh karena itu, mari sebagai seorang penggemar kita harus dapat memilih dan memilah hal-hal positif yang dapat kita ambil. Dukunglah idola yang kita sukai dengan cara yang wajar dan tidak merugikan kedua belah pihak. Jangan sampai apa yang menjadi kesenangan yang kita pikirkan, malah kenyataannya merugikan diri sendiri.
REFRENSI
Hoffner, Cynthia. Parasocial and Online Social Relationship. The Handbook Children, Media, and Depelovment. Singapore : Blackwell Publishing.
Horton, Donald., & Wohl, R. Richard.(1956). Mass Communication and Para-Social Interaction : Interaction on Intimacy at A Distance. Psychiatry. Vol. 19, No. 1.
Rubin, A.M., Perse, E.M., & Powel, R.A.(1985). Loneliness, Parasocial Interaction, and Local Television News Viewing. Human Communication Research. Vol 12, No. 2.
Stever, Gayle S.(2013). Parasocial and Social Interaction with Celebrities : Clasification of Media Fans. Journal of Media Psychology. Vol 14, No. 3.
https://yoursay.suara.com/kolom/2021/11/11/173224/sering-ngehaluin-idola-hati-hati-terperangkap-hubungan-parasosial
0 comments
Posting Komentar