Stop Being A people Pleaser
Anggun Durrotul Malihah
“ Iya, boleh… ga repot kok”
“Aku mau nolak, tapi gaenak”
Menjadi bijaksana dan peduli adalah kualitas diri yang bagus untuk dimiliki. Namun, jika kamu selalu mengatakan “iya” kepada orang lain padahal kamu tidak menginginkannya, kemungkinan besar kamu akan membuang waktu untuk hal-hal yang benar-benar penting bagimu.
Jika kamu selalu bertindak dengan cara yang menurutmu dapat membuat orang lain bahagia tetapi kamu tidak melakukan hal yang sama untuk dirimu sendiri, kamu mungkin tidak dapat hidup sesuai dengan values kamu sendiri. Kalau sudah begini, bisa saja kamu termasuk people pleaser. Apa sih People Pleaser itu? Yuk kita bahas lebih lanjut!
People Pleaser itu apa sih!!?
People pleaser adalah sebutan untuk mereka yang memiliki kecenderungan untuk melakukan apa pun agar orang-orang di sekitarnya tidak kecewa terhadapnya. Menurut seorang Psikolog, Susan Newman, People pleaser selalu menomorsatukan kepentingan orang lain dibandingkan kepentingan diri hanya untuk diterima, disukai, dan diandalkan.
Seorang Psikolog yang bernama Leon F Seltzer mengatakan bahwa akar dari sikap people-pleaser adalah lingkungan keluarga. Hal ini dikarenakan orang tua biasanya menuntut agar anaknya menjadi orang baik, dan selalu bisa dibanggakan. Orang tua cenderung ingin anaknya terlihat kuat dan selalu bisa menjadi contoh, terlepas dari kebutuhan anak untuk dicintai dan menjadi dirinya sendiri.
Yuk kenali tanda – tanda People Pleaser!!
Selalu setuju dengan pendapat orang lain
Mendengarkan pendapat orang lain dengan sopan bahkan ketika kamu tidak setuju adalah keterampilan sosial yang baik. Tetapi berpura-pura setuju hanya karena kamu ingin disukai dan ingin menghindari konflik dapat menyebabkan kamu terlibat dalam perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai kamu.
Merasa bertanggung jawab atas perasaan orang lain
Mengetahui bagaimana dampak perilaku kamu terhadap orang lain memang sesuatu yang baik, tetapi apa yang orang lain rasakan bukanlah tanggung jawabmu.
Sering meminta maaf
Meminta maaf atas kesalahan yang tidak dilakukan adalah salah satu ciri people pleaser yang sangat mudah diketahui. People pleaser meminta maaf karena hanya merasa tidak nyaman atas kesalahan yang bahkan tidak mereka lakukan. Ingat!! kamu tidak akan pernah mencapai tujuan jika kamu tidak dapat berbicara untuk diri sendiri.
Sulit mengatakan tidak
Walaupun di dalam diri ingin menolak permintaan orang lain dan ingin mengabaikan permintaan itu, people pleaser akan tetap menerimanya. Hal ini mereka lakukan karena takut orang lain berpikir bahwa mereka adalah orang yang tidak peduli.
Merasa tidak nyaman jika seseorang marah kepadanya
Hanya karena seseorang marah tidak berarti kamu melakukan kesalahan. Tetapi jika kamu tidak tahan memikirkan seseorang yang tidak menyukaimu, kemungkinan besar kamu akan mengkompromikan nilai-nilai yang ada di dalam diri kamu
Bertindak seperti orang-orang disekitarnya
Studi menunjukkan bahwa people pleaser terlibat dalam perilaku merusak diri sendiri jika mereka pikir itu akan membantu orang lain merasa lebih nyaman dalam situasi sosial.
Membutuhkan pujian untuk merasa baik.
Pujian memang dapat membuat siapa pun merasa baik, namun jika harga diri sepenuhnya bergantung pada apa yang orang lain pikirkan tentang dirimu, maka kamu hanya akan merasa senang ketika orang lain menghujanimu dengan berbagai pujian.
Tidak mengakui ketika perasaannya terluka.
People pleaser tidak dapat membentuk hubungan yang autentik dengan orang lain kecuali jika ia kadang-kadang bersedia untuk berbicara dan mengatakan bahwa perasaannya terluka. Padahal menyangkal bahwa kamu marah, sedih, malu, atau kecewa bahkan ketika terluka secara emosional hanya membuat hubunganmu dengan orang lain menjadi lebih dangkal.
How to stop being a People Pleaser???
Sadarilah bahwa kamu punya pilihan – kamu BISA mengatakan TIDAK
Tetapkan prioritasmu sesuai dengan nilai-nilai (values) mu, tanyakan “Apa hal terpenting bagi saya?”
Jika dimintai tolong, tidak apa-apa untuk mengatakan bahwa kamu perlu memikirkannya terlebih dahulu
Tetapkan batas waktu, misal “Saya hanya bisa bantu dari jam 10 pagi sampai jam 12 malam.”.
Katakan tidak dengan keyakinan, dan jangan membuat alasan. Memberi alasan dapat memberi orang lain banyak ruang untuk kembali dan berkata, 'Oh, kamu bisa melakukannya nanti,' 'kamu bisa sesuaikan dengan jadwalmu' atau 'Itu tidak sepenting yang aku minta.'
Ingatlah bahwa mengatakan “tidak” itu ada manfaatnya, kamu berhak atas waktumu dan kamu perlu istirahat. Mengatakan "Tidak" terhadap apa yang tidak ingin kamu lakukan adalah kesempatan untuk menghabiskan waktumu dan melakukan hal penting dalam hidupmu.
Jangan takut akan dampak yang belum tentu kamu akan dapatkan dengan menolak permintaan orang itu.
Tenangkan diri dan gunakan self-talk positif, seperti "Aku bisa melakukan ini" “Saya membuat keputusan yang tepat untuk saya”, “Nilai-nilai saya lebih penting daripada mengatakan ya dalam hal ini".
Jika sulit, mulailah dari langkah – langkah kecil!
Terus-terusan jadi people pleaser, tuh, nggak sehat banget. Kamu harus tanamkan dalam pikiran kamu bahwa kamu selalu bisa bilang "Tidak!". Jangan selalu peduli tentang pendapat orang lain terhadap kamu. Kamu adalah kamu. Sama sekali nggak dosa untuk sesekali menolak permintaan seseorang yang tidak ingin kamu lakukan, kamu bebas setuju atau enggak terhadap sesuatu. Malah dengan begitu, orang lain akan lebih memperhatikan kepribadian kamu yang kuat, serta menghormati sikap kamu yang apa adanya. Mungkin awalnya memang susah untuk melawan perasaan "nggak enak", tapi nggak ada salahnya untuk mencoba!
Referensi :
Canter, Len. (2019). The Dangers Of Being A People-Pleaser. Retrieved 08 Oktober 2021 from https://medicalxpress.com/news/2019-06-dangers-people-pleaser.html
Cohen, S. I. (2018). How I Learned to Stop Being a People-Pleaser. Retrieved from https://www.google.com/amp/s/www.psychologytoday.com/us/blog/your-emotional-meter/201803/how-i-learned-stop-being-people-pleaser
Exline, Julie & Zell, Anne & Bratslavsky, Ellen & Hamilton, Michelle & Swenson, Anne. (2012). People-Pleasing Through Eating: Sociotropy Predicts Greater Eating in Response to Perceived Social Pressure. Journal of Social and Clinical Psychology. 31. 169-193. 10.1521/jscp.2012.31.2.169.
0 comments
Posting Komentar